Kapal SS8 Jadi Sorotan Serius, Nelayan Ancam Akan Turunkan ABK

Kapal SS8 di perairan Belakangan Padang, Kota Batam, Foto: HalloPost

Nelayan Berang, Sam Palele: “Tempat cari makan Kami di usik, kalau tidak tanggung jawab kami turunkan Kapten dan ABK semua, kami tunggu Minggu ini niat baik pemilik dan agen kapal.”

BATAM, HalloPost.com – Kapal SS8 berjenis kren bass yang larat di karang di perairan Kelurahan Kasu Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam pada pertengahan bulan 12 Desember 2024, yang diakibatkan pada saat angin utara dan curah hujan yang begitu tinggi.

Hal tersebut berdasarkan pengakuan dari salah seorang nelayan yang bernama Muchtar yang juga merupakan Ketua RW 006 Kelurahan Kasu, Kecamatan Belakang Padang menyampaikan kepada media ini telah melihat kapal SS8 tersebut sudah diatas karang, yang mana sebelumnya kapal tersebut masih dalam labu tambat di sekitar perairan tersebut.

“Saya melihat kapal itu sudah diatas karang pada tanggal 15 Desember, hampir dua Minggu lalu,” jelasnya kepada HalloPost di kediaman Sam Palele, Ketua Lembaga Suku Laut Indonesia Nusantara (LSLIN), Pulau Lingke, Jumat (27/12/2024).

Muchtar juga menjelaskan bahwa Kapal SS8 yang hanya memakai bendera Indonesia itu hanyut akibat arus deras pada saat angin utara yang terjadi pada pertengahan bulan Desember 2024 lalu hingga menabrak terumbu karang di antara perairan Pulau Bertam, Pulau Gara, dan Pulau Lingke, Kelurahan Kasu, Kecamatan Belakang Padang, Kota Batam.

Muchtar, Penasehat Lembaga Suku Laut Nusantara Indonesia (LSLNI)

Menurut Muchtar, Kapal tersebut juga sudah lama berada di perairan Sagulung, bahkan pihak warga juga tidak banyak tau apa tujuan kapal tersebut sekitar lebih kurang 10 tahun berada di perairan Sagulung. “Kapal itu sudah lego jangkar hampir 15 tahun lamanya dan kami tidak mengetahui kapal itu milik siapa dan mau apa di situ,” ucap Muchtar.

Kapal SS8 Buat Marah Nelayan

Warga Batam yang merupakan nelayan suku laut (suku asli) yang berada di hinterlend tiga pulau baru-baru ini meradang atas terjadinya kecelakaan kapal SS8 yang menurut nelayan setempat telah menabrak karang, dan merusak terumbu biota laut tempat para nelayan mencari nafkah.

Perlu diketahui, suku laut yang baru-baru ini mendapatkan legal dan bernaung dalam satu wadah organisasi yang bernama Lembaga Suku Laut Nusantara Indonesia (LSLIN). Lembaga yang di Ketuai langsung oleh sesepuh suku laut, Sam Palele tersebut bertujuan menyatukan seluruh suku laut dan menyuarakan keterbelakangan dari segala hal termasuk untuk menarik perhatian pemerintah agar lebih tanggap kepada suku laut.

Sempat terjadi ketegangan pada saat pihak Agen kapal SS8, PT Bayu Maritim Berkah (PT BMB) yang diwakili oleh Mulyadi mendatangi kediaman Sam Palele di Pulau Lingke dan didampingi dari Badan Keamanan Laut (Bakamla) untuk menjelaskan bahwa di tempat kapal SS8 terdampar tidak terdapat terumbu atau karang.

Sam Palele, Ketua Umum Lembaga Suku Laut Nusantara Indonesia (LSLNI)

Justru kedatangan Mulyadi yang didampingi Bakamla tersebut membuat Ketua Suku Laut, Sam Palele menjadi berang. Dimana, sehari sebelumnya Dia mendapat informasi bahwa di tempat kapal terdampar tersebut tidak diakui Mulyadi ada terumbu karang, melainkan hanya pasir.

“Menurut saya ya pak, kapal ini sudah melanggar karena itu bukti barang itu dari nenek moyang kami, itu terumbu kecil tempat kami masang bubu, pasang jaring dan mancing. Kalau dibilang itu pasir, saya akan undang semua masyarakat bulang dan pulau buluh bahwa mereka tau itu terumbu, bukan pasir. Jadi saya tidak mau ngomong nya bolak balik, jangan ngeles (menghindar) pak, saya tidak mau di les, kalau ngeles Bapak pulang. Saya tetap angkat masalah ini, karena kami suku laut di rendahkan, paling rendah suku laut Pak, jangan ngeles, kalau kerjasama kita silahkan,” ucapnya dengan nada lantang ke arah Mulyadi.

BACA JUGA  Proyek Pembangunan RKB SDN 1 Datengan, Diduga Abaikan K3

Pertemuan itu juga dihadiri Muchtar Ketua RW 006, Adi Ketua RT 020 dari pulau Gertam, Adam RT 021 dari pulau lingke dan Ahat Ketua RT 022 dari pulau gara dan beberapa masyarakat lainya.

Pertemuan itu diakhiri dengan adanya titik temu kesepakatan setelah Mulyadi menyampaikan untuk menjembatani pihak nelayan suku laut kepada pihak perusahaan kapal SS8 untuk lebih memperhatikan nelayan suku laut yang berada di tiga pulau.

“Kedatangan kami disini untuk bertemu langsung dengan warga dan apa yang menjadi keluhan nanti akan kami sampaikan kepada pimpinan kami, karena saya tidak bisa mengambil keputusan,” jelas Mulyadi, Jumat (27/12/2024).

Menunggu Jawaban Kapal SS8

Nelayan suku laut yang berada di tiga pulau dan tergabung dalam Lembaga Suku Laut Indonesia Nusantara (LSLIN) bersurat kepada PT Bayu Maritim Berkah (PT BMB) secara resmi untuk menjelaskan permasalahan hingga dampak terhadap nelayan suku laut yang berada di tiga pulau akibat larat nya kapal SS8 diatas karang.

“Kami sudah mengirimkan surat kepada PT Bayu Maritim Berkah sabagai agen kapal SS8 tanggal 3 Januari awal bulan ini, kami meminta segera ditanggapi apa yang menjadi keluhan warga, namun sampai saat ini sudah mau habis bulan Januari ini kami juga belum mendapatkan tindakan yang positif dari pihak Agen, kemaren saya sempat ketemu juga dengan Pak Mulyadi perwakilan Agen PT BMB yang di Batam pada tanggal 17 Januari, beliau sampaikan juga untuk bersabar, karena dari pihak agen juga masih menunggu dari perusahaan pemilik Kapal SS8, dan saya juga minta untuk segera ditindaklanjuti lah warga setempat sudah mengeluh, kesabaran menunggu juga kan ada batasnya,” jelas Tuty kepada HalloPost.

Tuty, Wakil Ketua Umum Lembaga Suku Laut Nusantara Indonesia (LSLNI).

Selain itu, Kepala suku laut, Sam Palele mengatakan akan segera mengadakan aksi di kapal SS8 apabila dalam Minggu ini pihak agen dan pemilik kapal tidak menanggapi dengan serius apa yang menjadi keluhan warga saat ini.

“Kami akan turunkan semua ABK yang ada di dalam kapal SS8 itu, kami diam selama ini dianggap tidak ada, kami sudah penuhi permintaan untuk memberikan sepotong surat, kami sudah kirimkan dengan Mulyadi, tapi sampai sekarang tidak ada tanggapan, nanti kami semua warga tiga pulau ini turun ke kapal itu. Ya kita turunkan aja ABK didalam kapal itu, suruh keluar lah kita mau apakan kapal itu juga suka kami, tempat makan kami sudah dirusak tapi tak mau tanggung jawab,” ucap Sam.

BACA JUGA  Polisi Tahan Sopir Truk Pasir Tewaskan Bocah di Pakuhaji, Kasi Humas: Kasus Telah Kami Tangani

Bukan hanya itu, Sam juga mengatakan bahwa warga sudah banyak yang bertanya kepadanya apakah bisa diselesaikan dengan baik-baik atau tidak, jika tidak warga akan ambil kebijakan sendiri untuk bertindak di kapal. “Cobalah tempat cari makan kalian diganggu, pasti kalian marah, begitu juga dengan kami ini, apa lagi akhir-akhir ini kami sudah mendapatkan ikan, satu ikan dingkis pun tak ada kami dapat, akibat laut kami disini sudah tercemar. Ditambah lagi Kapal ini sudah merusak terumbu karang tempat kami cari makan,” terangnya lagi.

Kapal SS8 10 Tahun Labu Jangkar

Hingga saat ini Kapal SS8 yang larat di atas terumbu karang di perairan belakang Padang tersebut masih menjadi teka-teki yang mencurigakan bagi warga nelayan setempat, sebentar kurang lebih 10 tahun kapal tersebut sudah berada di perairan tersebut, kata Sam, kapal tersebut sejak 10 sampai 15 taun lalu siah berada di perairan belakang Padang, bahkan masyarakat pun tidak tahu apa tujuan dan untuk apa keberadaan kapal tersebut disana tidak pernah beraktivitas keluar.

“Sampai sekarang aja warga nelayan disini tidak tahu aktifitas kapal itu, kurang lebih 10 sampai 15 tahun sudah ada disini kapal itu. Tidak pernah keluar kapal itu sini-sini aja, di perairan ini, aneh juga kita apa yang dikerjakan dikapal. Kemaren aja waktu nabrak karang orang kita masuk dan ada Kapten kapalnya, karena kapal itu kalau malam hidup lampunya,” ucap Sam.

Kapal SS8 di perairan Belakangan Padang, Kota Batam, Foto: HalloPost

Sam juga menambahkan bahwa ada juga warga disini yang dipekerjakan agen kapal untuk membantu suplai yang dibutuhkan kan ABK di kapal, “Kapal ini harusnya diperiksa yang berwenang supaya jelas dan kami juga warga nelayan di tiga pulau ini tidak bertanya-tanya ini kapal siapa?, dari mana?, dan apa tujuannya labu jangkar disini?, kemaren saya juga dikasih tahu sama pemilik PT DSM, waktu itu saya telpon Pemilik PT DSM dia bilang sudah lebih 10 tahun lalu sudah keluar dari DSM,” ungkapnya.

Ada Apa dan Milik Siapa Kapal SS8?

Kapal SS8 masih menjadi pertanyaan besar warga setempat, pasalnya, Kapal yang mencurigakan tersebut sudah lebih dari 10 tahun labuh jangkar dan tidak pernah ada aktifitas pekerjaan sama sekali bahkan kapal tersebut tidak pernah keluar dari perairan Pulau belakang Padang yang berada di tanjung uncang, kota Batam.

Bahkan, kata Tuty yang merupakan wakil Ketua Umum LSLNI mengatakan kapal tersebut ada kapten dan ABK nya juga, tapi tetap aja tidak ada kegiatan apapun. “Apa kapal ini ada masalah ya?, atau kapal ini sengaja disembunyikan di sini makanya tidak kemana-mana, yang paling saya curigai kapal ini sengaja dibiarkan agar menabrak karang, karena ada kapten dan ABK kenapa bisa nabrak karang, harusnya kapal bisa dikendalikan sebelum menabrak karang,” jelas Tuty.

Bukan hanya itu, baru-baru ini awak media ini mendapatkan informasi dari warga, bahwasanya di kapal tesebut sudah tidak ada kaptennya lagi, dan diatas kapal tersisa tiga orang ABK saja. “Kapten nya sudah tidak ada lagi itu Pak, sudah beberapa hari tidak ada kapten diatas kapal itu, sisa tiga orng lagi di atas kapal,” terang warga kepada HalloPost,

BACA JUGA  Terkesan Tak Mau Bayar Pajak, JNE Express Batam Bawa Barang Lewat Pelabuhan Rakyat Tanjung Riau

Hasil pantauan HalloPost yang sempat menyambangi lokasi tempat kejadian larat kapal SS8 terlihat saat air laut surut kapal tersebut berdiri tepat diatas bebatuan yang diduga terumbu karang yang sudah rusak (hancur) ditimpa kapal SS8.

Anehnya lagi, kapal SS8 yang larat hingga berada di atas karang tersebut sudah lebih dari satu bulan ini tidak dipindahkan, hingga mengakibatkan kerusakan lebih parah lagi dari sebelumnya. Senada yang disampaikan Sam Palele kepada awak media ini juga. Jika kapal tidak dipindahkan lama kelamaan makin habis karangnya, makin melebar dan rusak parah. “Sama sekali tidak bisa lagi cari ikan dan pasang bubu disana kalau semakin lama tidak digeser, kalau kena ombak pasang dan pastinya kapal itukan bergeser sedikit-sedikit mengikis karang yang masih utuh,” terang Sam.

Bahkan, diduga kapal SS8 tersebut sengaja di sembunyikan pemiliknya di perairan tersebut untuk menghilangkan jejak, dan kapal tersebut juga patut dicurigai kepemilikannya, kecurigaan itu berdasarkan hasil pantauan awak media ini terlihat selama ini dikapal SS8 hanya memakai bendera merah putih (Bendera Indonesia).

Sementara itu, Pemasangan bendera di kapal harus mematuhi aturan internasional dan nasional yang berlaku dan beberapa pedoman umum yang biasanya diterapkan:

  • 1. Bendera Kebangsaan (National Flag)

Lokasi: Bendera kebangsaan kapal dipasang di buritan (stern) atau tiang khusus di bagian belakang kapal. dan waktu dikibarkan saat kapal berlabuh, sedang berlayar, atau memasuki/mengunjungi pelabuhan, hal tersebut merupakan Kewajiban (Harus) mencerminkan negara tempat kapal terdaftar.

  • 2. Bendera Penghormatan (Courtesy Flag)

Lokasi: Dipasang di tiang depan (foremast) atau tiang kanan, sebagai penghormatan kepada negara yang dikunjungi. Merupakan kewajiban (Harus) merupakan bendera negara yang dikunjungi dan menunjukkan kepatuhan terhadap hukum negara tersebut.

  • 3. Pengibaran dan Penurunan

Bendera biasanya dikibarkan saat matahari terbit dan diturunkan saat matahari terbenam. Harus dalam kondisi bersih, tidak lusuh, atau robek, karena mencerminkan kehormatan.

Aturan ini umumnya diatur dalam Konvensi Internasional International Maritime Organization (IMO) dan regulasi lokal seperti Peraturan Pemerintah (PP) tentang pelayaran di Indonesia.

Konfirmasi Pihak Terkait

Selain itu, larat nya kapal SS8 yang berada di perairan Kelurahan Kasu, Kecamatan Belakang Padang diduga bukanlah terminal labuh tambat yang ditetapkan oleh pemerintah kota Batam. Untuk memastikan perijinan labuh tambat tersebut, media ini sudah mengkonfirmasi kepada kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Batam, namun hingga kini belum mendapatkan tanggapan.

Hal yang sama juga dengan Mulyadi, yang mengaku sebagai Agen Kapal SS8, dari perwakilan PT Bayu Maritim Berkah saat dikonfirmasi HalloPost pada 28 Januari 2024 hingga berita ini di publikasi belum memberikan jawaban. (Red)